May 16, 2025
f62f03de32bd16b1e8ca723352bdfea4

Music In The Heart

Teknologi berkembang dan terus mempengaruhi kebiasaan orang dalam mendengarkan musik. Beberapa dekade sebelumnya tenologi seperti CD dan VCD sempat populer. Tetapi seiring perkembangan zaman, sekarang sudah tergantikan dengan platform streaming, seperti Spotify, iTunes, dan YouTube. Sekilas terdengar tidak memiliki perbedaan—antara platform streaming dan CD—tetapi sebenarnya ada kuliatas bunyi berbeda yang dihasilkan ditinjau dari format fail audio-nya. Bagi seorang ‘audiofil,’ kualitas audio sangat mempengaruhi kenikmatan dan pengalaman mendengarkan musik. Audiofil adalah orang yang memiliki antusiasme dengan kualitas bunyi berketelitian tinggi. Seorang audiofil akan selalu berusaha mendengarkan rekaman musik dengan kondisi terbaik, menggunakan headphone atau earphote terbaik, memperhatikan akustik ruangan, dan sumbern bunyinya.

Kita mengenal formal fail audio MP3 dan WAV, keduanya bisa diputar hampir disetiap pemutar musik apapun, termasuk laptop, handphone, Ipod, dan lain-lain. Sekilas, mendengarkan kedua jenis format audio ini seolah sama, tetapi, sebenarnya kualitas audio dan fungsi sangat berbeda. File dengan format MP3 atau MPEG layer 3 merupakan jenis fail audio yang sudah mengalami kompresi. Meskipu begitu, kualitas fail audio ini sangat baik hingga mencapai resolusi 16-bit. Secara kualiatas, jenis fail audio ini mendekati kualitas CD audio dengan konfigurasi 2.1. MP3 biasanya dimasukkan dalam sebuah VCD, dan jumlahnya mencapai pulihan hingga ratusan fail. MP3 kerap ditemui pada VCD “bajakan. Masih dalam kepingan yang sama, fail CD yang berisi audio justru hanya memasukkan 5-10 lagu per kepingnya. Berdasarkan perbedaan ukurannya saja, kita sudah bsia membedakan mengapa fail CD audio memuat lebih sedikit lagu ketimbang VCD yang memasukkan hingga ratusan lagu. Saat ini, format fail MP3 lebih banyak diunggah dalam berbagai platform streaming karena ukurannya yang kecil. Para penikmat musik secara global, khususnya di Indonesia memang masih belum memahami tentang perbedaan kualitas fail audio, antara MP3 dengan WAV. Keuntungan mendengarkan lagu dengan format audio MP3 memang terletak di ukuran failnya yang sangat kecil; satu menit rata-rata berukuran 1 MB; itupun ‘bitrate’ audio masih bisa dipilih sesuai keinginan pendengar, mulai dari 96, 128, 160, 192, hingga 256 Kbps. Tujuan kompresi fail audio ke MP3 tentu saja agar mereka mampu menyimpan lagu sebanyak-banyaknya di ruang penyimpanan mereka (Hard disk, flash disk, atau google drive). Kekuranganya fail MP3 ternyata sulit untuk disunting (edit), karena fail-nya sendiri telah mengalami kompresi.

Sementara itu, fail audio dengan format WAV memiliki sejumlah kelebihan. WAV atau Waveform Audio Format merupakan jenis fail audio yang dikembangkan oleh Microsoft dan IBM. Sebagaimana AIFF pada Apple, WAV merupakan jenis format fail yang masih mentah tanpa kompresi. Itulah yang menyebabkan ukuran file WAV sangat besar. Fail dengan formal WAV umumnya digunakan untuk keperluan rekaman dan film scoring. Format fail audio ini mudah untuk di-edit dan kualitasnya yang baik.WAV mendukung perekaman multi-layer dan paling sering digunakan dalam Digital Audio Workstation (DAW) seperti Nuendo, Qubase, Protools, Audacity, Cakewalk, dan sebagainya. Satu-satunya kekurangan fail audio WAV adalah ukurannya yang sangat besar. Satu lagu dengan format WAV bisa menapai 10-20 MB. Ini akan menyulitkan dalam ruang penyimpanan atau proses unggah ke internet.

Berdasarkan penjelasan singkat tersebut, kita sedikit memahami kenapa masih banyak orang (atau disebut sebagai audiofil) yang masih memiliki idealisme dalam mendengarkan musik. Bagi orang-orang ini, mendengarkan lagu menggunakan CD jauh lebih berkualitas daripada mendengarkan melalui paltform streaming seperti Spotify. Karena, jenis fail audio yang digunakan dalam CD rata-rata berjenis WAV. Selain ditunjang dengan pengetahuan audio yang baik, kualitas format fail audio semacam itu juga perlu didukung oleh media pemutar